Ternyata Hal Inilah Yang Tidak Disenangi Dosen Saat Mahasiswa Bimbingan Skripsi

Gambar oleh marcusappelt dari Pixabay edit CeritaDarDeker

Assalamu'alaykum Sobat setia C.D.D.

Mahasiswa dan Skripsi tidak akan bisa terpisahkan, bak malam dan bintang. Dan ternyata kebanyakan mahasiswa sekarang masih lemah dalam hal penyusunan skripsi. 

Sebagai mahasiswa akhir yang telah sampai pada tahap penyusunan tugas akhir, sering sekali Mahasiswa kurang menganggap atau menyepelekan Bab 2 yang sebenarnya adalah Bab dari segala Bab dalam skripsi. Malah kebanyakan Mahasiswa beranggapan bahwa terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian adalah segalanya. Itu salah besar !

Mahasiswa tidak seperti wartawan yang langsung ke TKP untuk melakukan liputan. Wartawan dan Mahasiswa (Peneliti Akademis) itu sangat berbeda. Mahasiswa adalah akademisi yang menulis berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah atau sudah diujikan.

Bab 2 dalam skripsi di ibaratkan Bab dimana semua ilmu kanuragan dari para pendekar sakti terdahulu atau sebelumnya diturunkan. Bab 2 menjadi dasar dimana Sobat sebagai Mahasiswa bercerita tentang apa-apa yang menjadi temuan sobat di lapangan lalu dikomparasikan dengan penelitian yang sudah ada.

Analoginya kurang lebih seperti ini :

"Produk saya ini sangat bagus dan sangat bermanfaat, Pak. Bapak tidak akan rugi membelinya".

Akan lebih bagus lagi jika Sobat menyampaikan nya seperti ini:

"Produk saya ini sangat bagus, Pak. Produk saya ini adalah solusi untuk semua permasalahan (penelitian sebelumnya) sekaligus yang terbaik dari produk sebelumnya".

Mana yang kira-kira bisa menjual ?

Bab 2 dikatakan sebagai Bab super karena memiliki beberapa fungsi berikut :

1. Fungsi yang paling utama dalam Bab 2 skripsi ada yang namanya Tinjauan Pustaka, yaitu untuk menunjukkan bahwa Sobat sebagai Mahasiswa memiliki pemahaman yang mendalam tentang literatur, apapun pertanyaan rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian, sobat perlu menunjukkan bahwa sobat tahu apa yang harus dilakukan.

Di google scholar ada tulisan:

berdiri di pundak raksasaa adalah metafora yang memiliki arti "Menggunakan pemahaman yang diperoleh para pemikir besar sebelumnya untuk membuat kemajuan intelektual"

Ini adalah metafora kurcaci yang berdiri di atas bahu raksasa (Latin: nanos gigantium humeris insidentes) yang berarti "menemukan kebenaran dengan membangun berdasarkan penemuan sebelumnya".

2. Dari tinjauan pustaka itu untuk menunjukkan bahwa ada celah (gap of knowledge pada umumnya). 

Menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk suatu penelitian baru. Ketika sobat mengambil gelar magister atau penelitian PhD, ada beberapa persyaratan, umumnya universitas atau perguruan tinggi tidak ingin Mahasiswa meneliti sesuatu yang telah dilakukan berkali-kali sebelumnya atau sama persis sudah pernah dilakukan sebelumnya. 

Jadi fungsi tinjauan pustaka itu adalah untuk mencari tahu di mana celah dalam literatur, celah dalam penelitian, bagaimana dalam mengambil sudut lain atau yang belum dilakukan sebelumnya, bagaimana dalam mengambil sudut pandang yang unik dari segi wilayah tertentu atau lingkungan tertentu dan lain sebagainya.

Jadi fungsi kedua ini adalah meninjau pustaka yang telah ada sebelumnya untuk memilih apa saja yang benar-benar sobat butuhkan dalam penelitian sobat.

3. Untuk membuat model teoretis atau model konseptual.

Kerangka konseptual berdasarkan tinjauan pustaka adalah sumbernya. Jadi yang seharusnya dilakukan Mahasiswa adalah mengambil berbagai teori dari berbagai penelitian terdahulu dan membangun semacam model konseptual yang kemudian akan diuji dan divalidasi atau pengujian kebenaran atas sesuatu. Ini sangat penting jika dilakukan untuk segala jenis pengujian kuantitatif dan lain-lain.

4. Fungsi yang terakhir dari tinjauan pustaka adalah agar Mahasiswa memiliki pondasi atau membangun pondasi metodologi.

Jadi yang dimaksud di sini adalah ketika Mahasiswa meninjau semua literatur yang relevan dengan pertanyaan penelitian rumusan masalah, tujuan penelitian, Mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dari berbagai penelitian terdahulu sekaligus melihat metodologi apa yang mereka gunakan.

Misalnya, apakah mereka menggunakan kualitatif atau kuantitatif, jika menggunakan kuantitatif apakah mereka menggunakan set pertanyaan yang divalidasi dengan baik, teruji dengan baik, apakah mereka menerbitkan kuesioner, dan lain sebagainya.

Jadi dalam tinjauan pustaka, memberi Mahasiswa kesempatan untuk benar-benar menggali apa yang sudah dilakukan dan kegunaannya.

Sangat sering jika Mahasiswa ingin melakukan survei, Mahasiswa dapat menemukan melalui tinjauan pustaka nya dan dapat menemukan set pertanyaan yang bagus.

Beberapa dosen biasanya meminta Mahasiswa nya untuk membuat suatu bagan atau tabel di mana di dalamnya terdapat:

  1. Nama Pengarang;
  2. Judul beserta tahun;
  3. Fokus;
  4. Lokasi;
  5. Metode yang digunakan;
  6. Hasil yang didapat.

Dari bagan atau tabel tersebut, Mahasiswa menjadi tahu apa saja yang harus dilakukan, lebih mudah menemukan celah dan pendekatan seperti apa yang bagus untuk diteliti.

Kelemahan Mahasiswa pada umumnya sekarang adalah malas membaca sehingga menganggap tinjauan pustaka dalam Bab 2 itu hanya tentang menjelaskan konsep dan teori tanpa menulis secara kritis. Maka tak heran banyak sekali ditemukan tinjauan pustaka yang bersifat deskriptif dan yang membuat geleng-geleng kepalanya dosen, mahasiswa S3 pun masih melakukan hal yang sama.

Ibarat makhluk itu hidup karena bernyawa, nyawa dari sebuah penelitian baik itu S1, S2 dan S3 adalah Bab 2 Tinjauan Pustaka.

BACA JUGA : Tips Menyelesaikan Skripsi Bab 4 dan 5 Dalam Waktu 1 Bulan

Jika sudah salah dari awal, maka sia-sialah sobat ke lapangan melakukan penelitian. Tanpa Bab 2, bagaimana bisa Mahasiswa berargumen tentang pentingnya temuannya untuk pemahaman atau wawasan baru yang muncul sebagai hasil dari studi yang menjadi pembanding dengan penelitian terdahulu !

Semoga bermanfaat yaa.... SALAM MAHASISWA...


Post a Comment for "Ternyata Hal Inilah Yang Tidak Disenangi Dosen Saat Mahasiswa Bimbingan Skripsi"